la tete de mamanBegini ya, Sdr/i. Petugas Sensor yang semena-mena…

Saya itu sudah lama ingin nonton festival Sinema Perancis. Akhirnya kesampaian juga. Film yang saya pilih adalah film drama sedikit komedi (plus agak depresif sebenarnya). Judulnya La tête de maman (In Mom’s Head). Mau baca sinopsisnya?

The teenager Lulu lives with her depressive and self-centered mother. One day, the girl stumbles on a Super 8 film in which she discovers her mother, at the age of 20, in the arms of some strange man, as happy and radiant as she has ever seen her. Lulu makes up her mind to go find him and bring him back, in the hope that her mother will regain a taste for life.

Dari sinopsisnya saja ketahuan bahwa film ini bukan film stensilan. Lagipula mana mungkin film stensilan lolos diputar di festival Sinema Perancis di Blitz Megaplex. Bukan begitu?

Sewaktu saya dan kawankawan saya hendak mengantri membeli tiket yang harganya lima belas ribu itu, di meja tempat pembelian tiket jelas-jelas ditulis bahwa film ini adalah UNTUK DEWASA.

Saya masuk dan duduk di baris paling belakang, bersiap menonton ditemani seember berondong jagung mentega. Dan sepanjang film diputar, saya terganggu sekali karena layar berkali-kali kena sensor. Bahkan untuk adegan yang cuma ciuman biasa. Ditutupnya pakai koran, ya? Besar sekali soalnya Anda menutupi pandangan saya berkali-kali. Pusing melihat layar yang separo hitam tiba-tiba padahal tidak ada adegan yang jorok (untuk orang dewasa dan untuk ukuran film festival, apalagi film Perancis) di baliknya.

Sudah begitu sensornya semena-mena pula. Bukan cuma ditutup bibirnya saja, misalnya, Anda sekalian menutupi juga teks bahasa Inggris di bawahnya! Alhasil, saya yang hanya mengerti beberapa patah kata dalam bahasa Perancis ini pun emosi karena tidak bisa mengikuti dialog yang terjadi di layar. Bisa kan, setidaknya tinggalkan teks-nya supaya bisa dibaca? Nggak semua orang yang nonton ngerti bahasa Perancis!

Tolong, lain kali jangan diulangi lagi! Menyebalkan, tahu, nggak? Saya nggak ngerti mengapa Anda menyensor adegan ciuman antar dua remaja, tapi tidak menyensor adegan kekerasan di film Watchmen atau manusia-manusia bernanah yang melepuh, berulat, dan berkelabang  di sinetron-sinetron televisi!

hanny

14 Responses

  1. Betul! menyebalkan sekali menonton pelem itu ditutupi lempengan atau kertas yang mengganggu alur cerita *padahal kecewa juga gak bisa liat adegan-adegan ituh, hihi*

    la la la la hihihihi pulangnya ngeborong DVD 😀

  2. sokor!!!

    *tertawa senang karena tidak berkesempatan nonton festifal sinema film prancis*

    hahahahahah

    tendang zam ke katulampa

  3. Wah, pake theme P2 sekarang.. 😀
    Pasti gara-gara baca posting saya ya? *sok GR*

    btw, cerita ini bukan sudah berlalu seminggu kemarin? hihi, kok baru posting sekarang?

    postingan apa soal P2? tadi mampir ke media ide kok ga ada postingan P2? iya, baru posting sekarang, baru sempet 😀 hehehehe, sempet kepending di-draft soalnya…

  4. sensor sekarang memang kadang tidak pada tempatnya… 🙄

    *menunggu dvdnya keluar*

    wakakakakak, cK sih ga ikuuuuuuutttttt, ga seru, ga reunian wacky weekend 😀

  5. wah…saya juga nonton waktu itu,mbak… sebel banget.. (liat mbak hanny juga…hehe). Dugaan saya ama teman saya, di selebarannya film ini kan dikasih tag SU (semua umur). Alhasil para bule-bule memboyong anak2nya untuk nonton. Dan sensor ga jelas itu untuk melindungi anak-anak bule itu…
    Masih sebal ama sensor ga jelas yg bikin penonton ga menikmati film itu, akhirnya saya dan teman melanjutkan untuk menonton film kedua, Unsecret.
    Kalo di selebarannya sih udah di-tag “DEWASA”. Eh, pas ada adegan ciuman, sensor ga jelas itu beraksi lagi.. serentak semua kepala menoleh ke arah proyektor sambil teriak “huuuuuuuuuu” :mrgreen:

    padahal anak-anak bule itu di sana umur 12 tahun aja udah lebih dari ngeliat sekadar ciuman kali, ya 😛 kok nggak menyapa kami siiiihhhhhh hihihiiii padahal abis itu masih nongkrong2 di kun kaya toast, loh! 😀 ngeliat pas lagi di mana? *moga-moga ga liat kebiadaban kami mengganyang berondong di bangku pojok sambil ngomel-ngomel* 😀

  6. di jogja kmrin.. sensornya ada dua macem
    ada yang ditutup pake kain.. jadinya item semua..
    atau di blur… yang ini mending,, masih kebaca text nya
    masih keliatan dikit2 lah

    hwahahahah 😀 ditutup pakai kaiiiinnn? ya ampyuuun *doh*

  7. hehe.. banci sensor. harusnya di indonesia badan sensor harus udah gulung tikar. diganti sama lembaga rating.
    *nunggu filmya ada di Lembaga Indonesia Prancis di jokja*. dpt dipastikan tanpa sensor

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP