Saya tidak pernah merasa menjadi orang yang beruntung—terutama jika dikaitkan dengan acara undian atau doorprize.

Pengalaman mengajarkan bahwa saya tak perlu takut pulang duluan sebelum acara usai, tanpa harus menunggu doorprize. Toh, saya memang tidak pernah memenangkan sesuatu yang lebih dari sekadar buku catatan, mug, atau kaos. Itu pun frekuensinya sangat jarang dan bisa dihitung dengan jari.

Ya, bayangkan, seumur hidup saya, tak lebih dari 7 kali saya memenangkan doorprize atau undian. Tentu, ini ironis sekali jika dibandingkan dengan Pitra yang kabarnya sering sekali memenangkan doorprize, bahkan di acara yang digagasnya sendiri.

Karena itulah, saya benar-benar terkejut ketika mendapatkan sebuah email dari Singapore Tourism Board, yang menyatakan bahwa saya terpilih menjadi pemenang Wacky Weekend Contest. Hadiahnya? Menghabiskan akhir pekan di Singapura dengan seluruh biaya ditanggung Singapore Tourism Board. Dan gilanya lagi, saya diijinkan untuk mengajak 4 orang teman ikut serta dalam liburan akhir pekan ini!

Begitu mendapatkan email ini, saya sempat ragu sejenak. Takut jika-jika ini tipuan. Saya lihat kembali alamat si pengirim email. Ah, alamat emailnya di @stb.gov.sg. Bukan email Yahoo! atau Gmail. Nampaknya bukan tipuan. Inilah kewaspadaan (atau skeptisisme?) orang yang tinggal di Indonesia dan sudah lelah menerima email atau SMS menang undian.

Waktu saya katakan pada salah seorang sahabat saya bahwa saya memenangkan kontes ini, hal pertama yang dia tanyakan adalah: “Lo yakin, itu beneran? Bukan orang iseng?” πŸ˜€

Ah, nyatanya, saya benar-benar memenangkan kontes itu!

Setelah yakin benar saya tidak tertipu, berikutnya saya kembali sakit kepala memikirkan siapa saja 4 orang kawan yang dapat saya ajak ke Singapura, melewati liburan gila bersama saya. Nama-nama dan wajah-wajah berkelebatan (hiperbola), tetapi akhirnya ada 4 nama yang muncul. Mereka adalah orang-orang yang paling banyak membantu saya melewati tahun 2008 πŸ™‚

Dimas Novriandi, yang bahu-membahu saling menguatkan bersama saya hingga dini hari kala mempersiapkan Pesta Blogger 2008, ketika kelopak mata sudah hampir terpejam sementara masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Kantuk yang tidak hilang berhari-hari—euh, seminggu, tepatnya. Dimas, yang membuat stress saya hilang dengan kelakuannya yang aneh …

Chika Nadya, yang sebetulnya baru mulai saya kenal pada persiapan acara Pesta Blogger 2008, tetapi kami lantas menjadi begitu dekat. Chika, yang sabar mendengarkan semua unek-unek saya dan menghibur saya di kala saya membombardirnya dengan telepon dan SMS pada suatu sore yang menggila dan depresif dengan mata bengkak.

Hawe, yang awalnya sebatas saya kenal karena ia adalah wartawan dan saya adalah seorang humas. Tetapi manusia platonis itu selama beberapa tahun terakhir telah menjadi teman baik untuk mengobrolkan hal-hal aneh (baca: cinta yang tak pernah ada atau membahas premis “Nothing is everything“) over a cup of poci tea and coffee untuk saling merekomendasikan buku-buku terbaru, dan memperbincangkan tulisan serta cerita-cerita pendek yang tidak pernah selesai.

Nia, yang membantu saya si melankolis ini tetap seimbang. Karena Nia, si pemikir praktis itu, selalu bisa membuat saya menertawakan melankoli dan menjadi biasa-biasa kembali. Dia juga yang memulai gerakan Coin A Chance! bersama saya, orang pertama yang langsung menyambut ide mengumpulkan koin ini dengan aksi nyata.

picture-18

Am so blessed to have you around, guys! (cozy) πŸ˜€

Jadilah pada suatu sore di hari Jumat, saya secara resmi mampir ke kantor Singapore Tourism Board (STB) untuk menerima tiket-tiket pesawat dan jadwal acara jalan-jalan di Singapura untuk tanggal 6-8 Februari 2009. Dan sempat berfoto-foto bersama teman-teman di sana: Farhana, Dewi Astuti, Siska, dan Abdul Rahman bin Mohideen. Juga bersama maskot orang utan bernama Ameng πŸ™‚

picture-16

Yang lebih gila lagi, saya tercengang melihat nama Nila Tanzil tertulis di dalam jadwal sebagai anggota rombongan. “Ya, Nila itu blogger yang kami minta untuk meliput acara jalan-jalan kalian di Singapura,” jelas Siska dari STB. Nah, lho! What a coincidence! Karena Nila adalah sahabat baik saya–yang apartemennya biasa saya inapi jika tengah main ke Singapura (gratisan, gratisan, hehehe).

Pada perjalanan pulang dari STB, menggenggam sekantong tiket, brosur, dan jadwal perjalanan, saya menemukan hujan deras telah turun di luar. Dengan angin kencang yang membuat ranting-ranting pohon berserakan di sepanjang trotoar. Jalanan macet total.

Kebetulan, setelah serangkaian pesan SMS, saya mengetahui bahwa Nia tengah melewati depan gedung STB dengan sebuah taksi. Saya pun mengeluarkan payung dan berlari menuju trotoar, hendak mencegat taksi yang tengah ditumpangi Nia. Hujan deras dan angin kencang membuat saya mati-matian memegangi payung saya agar tidak terbang.

Sia-sia.

Dalam beberapa detik, payung saya terbalik, melayang di udara sebentar sebelum bisa saya tangkap kembali. Deras hujan mengguyur membasahi tubuh saya. Yak, di sanalah dia, seorang perempuan dengan kantong di tangan dan payung terbalik diterbangkan hujan. Basah kuyup di pinggir trotoar, memanyunkan bibir pada kemacetan… tetapi tak mengapa. Perempuan itu selalu suka hujan πŸ™‚

Dan lagi, sebentar lagi ia akan menikmati liburan!!!

(bersambung)

hanny

14 Responses

  1. @hanny, mengenai saya + doorprize itu hoax belaka. Wong cuma sekali dapet notebook n 2 kali dapet HP, masa dibilang sering… Itu pun dapetnya bukan krn doorprize.

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekendβ€”I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting lifeβ€”one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP