Perempuan itu tak berkeberatan seandainya si lelaki hendak meninggalkannya.

Buatnya, cinta itu seperti udara yang bisa dihirup dan dihembuskan lagi oleh siapa saja, secara cuma-cuma. Udara yang dikemas dalam sebuah tabung oksigen malah menunjukkan bahwa orang yang tengah menghirupnya tentu tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja.

Perempuan itu tahu, cinta bisa datang dan pergi seperti udara. Ketika datang, nikmatilah semuanya dan reguk sebanyaknya selagi ada, dan ketika pergi, syukurilah semua kenangan yang pernah singgah dan selalu bisa kau putar ulang jika kau menginginkannya.

Perempuan itu tahu, cinta tak bisa dipaksa. Dan tak bisa memaksa. Karena cinta adalah rasa. Dan kau tak akan pernah bisa mengendalikan rasa; meski kau bisa mengendalikan raga—dan menulis skenario mengenai apa yang bisa kau perbuat untuk meluapkan atau meredam rasa. Tetapi isi hati memang tak akan pernah bisa dipungkiri oleh dirimu sendiri.

Bahkan kau tahu itu.

Perempuan itu juga tahu, bahwa cinta tak dapat diikat dalam sebentuk cincin 24 karat, atau dimampatkan dalam huruf-huruf yang tertera di atas selembar surat. Untuknya, semua itu hanya prasyarat; simbol; sesuatu yang penting tetapi bukan yang terpenting, karena cinta itu cair, dan cinta tak akan pernah bisa kau genggam.

Ya, sekarang juga, pergilah ke bak mandi dan ambillah segenggam air. Genggam kuat-kuat, dan apa yang terjadi ketika semuanya mengalir pergi meninggalkan telapak tanganmu dan menetes dari sela-sela jemarimu? Hanya sensasi rasa basah yang tersisa, yang akan mengering sendiri ketika tertiup angin atau ketika kau gesekkan ke atas permukaan kain.

Perempuan itu tahu, cinta tak bisa diberi tali. Cinta, yang tak pernah mengenal kata harus dalam kamus, datang dan pergi sesuka hati. Ketika cinta datang menghampiri dua insan pada waktu yang bersamaan, mereka berjalan bersisian. Ketika cinta pergi diam-diam meninggalkan salah satu—atau keduanya, mereka berpisah di persimpangan.

Hidup ini adalah serangkaian pertemuan dan perpisahan yang tak ada habisnya. Bahkan kematian pun tak bisa menghentikannya, dan jasad terus menggemburkan tanah yang kemudian merekahkan bunga-bunga berwarna-warni indah.

Perempuan itu tidak akan mengatakan ‘tidak’ seandainya lelaki itu hendak pergi. Karena kehilangan telah mengajarinya bahwa tak ada sesuatu pun di dunia ini yang sungguh-sungguh ia miliki. Jadi, perempuan itu siap melepaskan semua ketika waktunya tiba, dan mereguk bahagia selama kurun waktu yang masih tersisa (entah untuk berapa lama), seraya menyesap secangkir kopi hangat ditemani alunan Reamonn yang terbawa derai hujan:

I know we cared of everything
Some times we’re holding on by strings
But what we have where we deserved
That’s you and me against the world
That’s what I believe

And promises are made to keep
Let’s find the words before we sleep
There’s nothing left for you and me
Nothing left to hide

And when the ceilings come crashing through
Be standing there me and you
And the ceilings come crashing through
Then they’ll see you and me,
you and me, you and me…

Siapkah kau melepaskan cinta jika waktunya tiba?

hanny

24 Responses

  1. ah, cinta …..
    tak pernah cukup kata untuk menguraikannya
    namun sejak kita merasainya, bukankah berarti kita siap mengalirkannya?
    seperti katamu….
    ia selalu mengalir…..
    meski tak selalu seperti air
    kadang ia seperti angin
    mengisi tempat yang kosong, memenuhi ruangan
    sehingga kita merasainya
    namun tetap saja
    merasanya berarti kita telah siap kehilangannya….

    *HUG*

  2. Ahhh, kamu sedang kehilangan?

    tapi kamu telah dengan tepat mewakili apa yang dirasakan wanita2 yang merelakan perginya cinta…

    btw, hanny… entar malam datang khan ke ‘pesta ualngtahunku’?

    *dihajar gembul*

  3. *Siapkah kau melepaskan cinta jika waktunya tiba?*

    sang perempuan harus siap jika sang cinta bahagia untuk dilepas.. 🙂

    @hanny : cepetan bikin novel dong..abis merangkai katanya bagus banget siiihhh…. 😀

  4. kadang kala kita memang tidak mengerti apa yang kita sebut dengan cinta…

    saya hanya mencoba untuk mengerti bahwa cinta itu juga ada bagian ikhlasnya…

  5. Salam kenal…dari ksetiawan.wordpress.com
    Siap ngga siap pasti harus dilepaskan, alangkah indahnya jika cinta kita kepada semua yang kita cintai kita dedikasikan karena cinta kita kepada Sang Pencipta

  6. salam kenal ya hanny…aku suka sama tulisanmu yang ini. aku ijin publish di blog ku ya…ndak papa kan?? tq ya..

    salam kenal juga, irma. silakan jika ingin dipublish ulang. senang bisa berbagi 🙂

  7. Salam kenal. Cinta memang indah ya, tapi juga siap untuk berpisah dengan semua yang dicintainya. Merana memang merana, tapi serananya saja,,,Berduka memang berduka, tapi sedukanya saja. Jangankan cuma kekasih, ragapun kan berpisah. Jangan kan cuma harta, dunia seisinyapun kan binasa. Maka boleh menyinta, tapi sekedarnya saja.

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP