Death is the beginning of another beginning…

___

Hidup yang singkat, mari kita rayakan! Begitu kata Bung Fanabis di tagline blog-nya. Dan di mana lagi tempat yang paling tepat untuk merayakan kehidupan selain di ‘rumah masa depan’ kita?

Begini kata Tagore tentang kematian:

I know that the day will come when my sight of this earth shall be lost, and life will take its leave in silence, drawing the last curtain over my eyes. Yet stars will watch at night, and morning rise as before, and hours heave like sea waves casting up pleasures and pains.

Karena kematianlah yang mampu mengingatkan kita untuk mempergunakan waktu yang ada sebaik-baiknya. Untuk menikmati semua. Berhenti mengeluh dan lebih banyak bersyukur. Untuk tertawa dan menangis. Untuk tidak menunda. Untuk jujur terhadap apa yang kita rasa. Untuk lebih banyak menghabiskan waktu dengan mereka yang kita cintai. Untuk mereguk semua. Menghirup hidup tanpa pernah merasa cukup.

___

Dan hari Minggu kemarin, saya beruntung dapat bertamu ke Kebun Kata-nya kawan-kawan komunitas puisi Bunga Matahari, yang bersama-sama merayakan puisi dan kehidupan di bawah cerah matahari yang menyirami La Colina, di San Diego Hills Memorial Park & Funeral Homes.

Apa saja yang kami lakukan di sana?

Kami… tertawa.

Berjemur di bawah terik matahari di pinggir kolam renang. Memandangi perbukitan dan pemakaman hijau di kejauhan. Bergiliran membacakan puisi. Memuntahkan kata-kata. Meresapi hidup. Memaknai kematian. Bermain gitar dan menyanyikan lagu-lagu Beatles. Menimpali lirik lagu yang dinyanyikan secara spontan dengan candaan. Menghirup iced coffee. Berenang. Membaca puisi di dalam kolam renang. Tertawa lagi. Menyantap buah-buahan. Mengobrol tak tentu arah. Merayakan ulang tahun 🙂

Dan meski saya tak mahir berpuisi, sebagai ucapan terima kasih bagi kawan-kawan di Bunga Matahari (BuMa), inilah hasil ledakan kata-kata di kepala saya dari Kebun Kata hari Minggu kemarin itu:

An eulogy* should not wait until it’s too late

Such an irony, can’t hear you at the gate of fate

Read it aloud while I’m breathing

Cry it out loud, fear nothing

I’m a living being. Thus, everyday, I’m dying.

—————————————

*eulogy |ˈyoōləjē| noun ( pl. -gies) a speech or piece of writing that praises someone or something highly, typically someone who has just died : his good friend delivered a brief eulogy.

PS: Terima kasih untuk kawan-kawan di BuMa atas keramah-tamahannya, terutama untuk Edo, Ney, Mikael, Anya, Esti, dan kawan-kawan lain yang saya temui kemarin yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Ada bonus juga, karena kemarin itu (akhirnya) bisa ketemu dengan Mumu 🙂

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

Gara-gara membaca postingan si mbok Venus mengenai caffeine level, iseng-iseng saya mencobanya hari ini.

Ya, di hari Sabtu pagi yang cerah sebelum berangkat ke pertandingan sepak bola; dengan jins dan sepatu kets, kaus polo hitam, dan sunglasses besar, serta secangkir kopi Italian Roast Extra Bold yang baru diminum seperempat cangkir.

Dan inilah hasilnya:

Hmm. Saya berhasil meng-klik 187 kali dalam 30 detik saja. Hah? Tingkat kafein saya… insanely high? 😀 *pura-pura kaget*

Mau iseng-iseng mengukur tingkat kafein Anda hari ini? Silakan klik di sini. Sementara saya… rasanya sore ini saya membutuhkan segelas iced caramel machiato untuk menenangkan diri 😀 — baiklah, kalau begitu hari ini saya pesan yang tall saja dan bukan grande 🙂

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

Minggu ini, dua kali saya menyambangi fX–Lifestyle X’enter (dulu Sudirman Place); yang berada di dekat Gelora Bung Karno itu.

Awalnya hanya karena penasaran saja dengan bentuk bangunannya yang unik. Juga karena ingin melihat seluncuran paling tinggi se-Asia (katanya)–yang sempat diinformasikan oleh kawan saya di Astro melalui email.

ATMOSTFEAR

Dan inilah ternyata seluncuran itu, yang dinamakan Atmostfear. Iya, seluncuran berupa tube dengan “atap” transparan sepanjang 72 meter dan setinggi 28,25 meter–yang melingkar dari lantai f7 sampai f1 dan bisa kita lalui hanya dalam waktu 12 detik saja. Melihatnya memang menakjubkan. Ngeri-ngeri gimanaaa, gitu 😀

Oh ya, untuk bisa meluncuri Atmostfear, kita harus melakukan pembelian di fX terlebih dahulu. Minimal Rp. 1,- dan kita sudah bisa mendapatkan undian. Jika beruntung, nah, silakan meluncur!

Untuk cewek-cewek (atau bahkan cowok) yang berniat naik Atmostfear di fX, hati-hati, jangan mengenakan rok. Bukannya apa-apa, dengan kecepatan sekian, saya tidak bisa jamin rok Anda tidak terbang ke mana-mana. Apalagi, sewaktu Anda sampai di tempat akhir peluncuran di f1, banyak orang-orang yang akan menertawakan menonton pendaratan Anda yang tidak mulus dan tampang Anda yang semrawut 😀 Jangan sampai mereka mendapat tambahan tontonan gratis… (kecuali kalau Anda mau ‘berderma’).

Sayang, tidak berhasil memotret Atmostfear ini saat ada orang yang sedang seluncuran di dalamnya. Soalnya meluncurnya cepat sekali, sih 😀 Belum dijepret sudah keburu hilang dari pandangan…

FPOD

Icon menarik lainnya dari fX adalah fPod. Apa pula itu? Apa ada hubungannya dengan iPod?

Oh, tidak 😀

fPod ini semacam ruangan kecil berbentuk ‘kantong’ yang bisa dipakai untuk meeting atau sekadar kumpul-kumpul bersama teman-teman. Sewanya mulai dari 300 sampai 500 ribu per jam. Ini sudah termasuk semua fasilitas di dalamnya, termasuk TV, karaoke, wi-Fi, dll.

foto FPod diambil dari sini.

Desain ruangannya lucu-lucu dan unik!!! Waktu sedang jalan-jalan mengagumi fPod ini, salah satu karyawan fX yang mungkin melihat betapa “ngampungnya” saya dan kawan-kawan, akhirnya mengajak kami masuk dan melongok fPod-fPod yang ada.

Kemudian–bermodal kartu nama–kami pun diperkenalkan dengan Mas Wiwin Hakim, Sales & Marketing Executive fPod, yang menjelaskan bahwa di fX ini, seluruhnya ada 11 fPod yang didesain oleh 11 desainer berbeda yang pernah menjadi finalis British Desainer Award.

Temanya?

Ya, suka-suka desainernya; sesuai dengan ciri khas masing-masing. Jadi ada yang manly banget, ada yang berkesan bambu-bambuan, ada yang retro, ada yang chic, duh, bisa pilih sendiri sesuai dengan selera pribadi 😀

CREOLE

Kemarin saya kembali lagi ke fX untuk mencari inspirasi 😀

Kali ini saya memutuskan mampir ke Creole, chocolaterie patisserie dengan konsep open kitchen yang ada di lantai 2, dan sudah saya incar sejak pertama kali menginjakkan kaki di fX 😀 Tempatnya enak sekali untuk nongkrong berlama-lama, dan stop kontak juga bertebaran di tiap sudut, memudahkan Anda yang ingin nongkrong sambil nge-blog bekerja.

Saya dan kawan saya akhirnya memesan minuman dan kue yang direkomendasikan pelayan di Creole: hot Belgian chocolate, iced chocolate, dan kue bernama “Dome”–yang menggunakan campuran cokelat dan liquor. Mm, sedaaap 🙂

Selagi duduk-duduk di sana, kami dihampiri oleh seorang lelaki yang kemudian diketahui bernama Jose Pelo, atau biasa dipanggil Joy. Ia bertanya dengan ramah bagaimana rasanya minuman dan kue cokelat yang disajikan (“enaaaakkk”).

Setelah ngobrol-ngobrol, ternyata diketahui bahwa Creole adalah ‘produk’ lokal–bukan franchise seperti yang saya dan kawan saya duga sebelumnya. Joy yang asal Filipina ini berkata bahwa mendirikan kafe cokelat memang impiannya sejak lama, dan akhirnya, berpartner dengan ‘muridnya’ yang orang Indonesia, ia membuka Creole di fX ini.

Lho, muridnya?

Ya, ternyata Joy adalah guru memasak di William Angliss Institute, Melbourne–yang punya the best cooking class di Australia (menurut kawan saya yang pernah kuliah di Melbourne sana)! Wah, nggak sia-sia nongkrong di Creole, hehehe. Bisa mencicipi hasil racikan kelas satu!

Hmm, jadi berminat untuk belajar bikin kue-kue dan minuman cokelat, nih! 😀

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

Masih ingat dengan isu memory low di Nokia N73 saya? 😀

Sementara ini isu bug itu sudah terpecahkan, berkat bantuan Pak Hasyim dari Nokia yang menelepon saya untuk memberikan solusinya. (Makasih, Pak Hasyim!) Nah, jika kebetulan Anda mengalami masalah yang sama, demikian tips dari Pak Hasyim, ditambah beberapa input dari saya:

1. Anda harus memformat ulang Nokia N73 Anda

2. Hal ini akan menghilangkan contacts dan SMS serta setting telepon yang sudah Anda simpan

3. Saran saya: copy dulu seluruh contacts ke dalam memory card

4. Matikan handphone, lalu keluarkan memory card

5. Nyalakan lagi handphone Anda

6. Berdoalah

7. Ketik *#7370# (bintang pagar tujuh tiga tujuh kosong pagar) lalu tekan tombol OK (tombol hijau untuk menelepon di sisi kiri)

8. Anda akan diminta memasukkan security number. Nomor default adalah 12345. Jika Anda sudah mengubahnya, masukkan security number Anda sendiri.

9. Handphone Anda akan terformat ulang dan mati.

10. Tunggu beberapa saat dan nyalakan lagi handphone Anda.

11. Gunakan seperti biasa. Anda harus mengatur kembali date/time, setting profile, dan lain-lain.

12. Matikan lagi handphone Anda, lalu masukkan kembali memory card.

13. Nyalakan lagi 🙂

Niscaya, isu memory low itu akan terpecahkan 🙂 Dan saat ini saya rasa (dan harap) isu tersebut sudah dapat teratasi, buktinya saya sudah bisa mengambil banyak foto-foto dengan Nokia N73 saya itu lagi.

Jadi, semoga bermanfaat. Sekian tips dari saya dan Pak Hasyim. Over and out!

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

Sewaktu berada di Ubud minggu lalu, saya dan kawan saya sempat nongkrong-nongkrong di Bali Buddha, mengistirahatkan kaki yang pegal karena sudah berjalan terus seharian.

Bali Buddha adalah sebuah kafe kecil yang biasa dituju para vegetarian maupun non-vegetarian karena koleksi makanan sehat dan organiknya. Jadi sekitar pukul 3 sore hari itu, saya dan kawan saya itu mendamparkan diri di Bali Buddha. Saya memesan ‘balancing drink‘ yang merupakan campuran dari pisang dan almond, serta segelas besar es kopi Bali (saya suka kopi Bali, karena rasanya tidak asam), sementara kawan saya memesan jus nanas-semangka, segelas susu kedelai, dan sepotong bagel.

Nah, justru si bagel inilah yang hendak saya ceritakan.

Siang itu, karena saya baru saja makan di Bebek Bengil dan berhasil menyantap setengah ekor bebek hingga bersih dan tinggal belulang, sebenarnya saya masih agak kenyang 🙂 Jadi, saya memutuskan mencicipi sedikit saja bagel yang dipesan teman saya itu. Bagel polos yang disajikan dengan krim keju. Krim keju. Krim keju. (echo).

Ternyata, rasanya luar biasa!!!

Oh. Bagel dan krim keju ternikmat yang pernah saya makan seumur hidup. Namun atas nama kenyang dan jarum timbangan, saya memutuskan untuk menyudahi kemesraan saya dengan si bagel cukup sampai di situ saja.

Nah, sepulangnya dari Bali, saya masih terbayang-bayang akan si bagel dengan krim keju itu, bagaimana rasanya, kelembutannya, gurih kejunya yang pas, ahhh. Dan ternyata, pagi ini, kerinduan saya pada si bagel memuncak, sehingga dari meja kantor saya berteriak pada kawan saya–yang membagi bagelnya pada saya di Ubud: “Yayaaaaaa! Gue mau bagel dan krim keju yang seperti di Bali Buddhaaa!”

Maka betapa terkejutnya saya ketika kawan saya itu berkata dengan entengnya, “Nih, di tas gue ada. Tadi pagi bikin sendiri. Mungkin perlu dimasukin microwave dulu…”

Hah–?

Ini tidak mungkin, pikir saya. Kok aneh. Kok bisa?

Tapi akhirnya saya mampir ke mejanya dan mencuil bagel dan krim keju buatannya itu. Hmm, lezattt! Ditemani secangkir kopi Italian Roast Extra Bold, rasanya… sempurna!

Kemudian terlintas dalam benak saya, bahwa terkadang, ketika kau benar-benar menginginkan sesuatu, all you need to do is just to shout it out loud. Agar orang lain mendengar dan mengetahuinya. Karena mungkin, mereka bisa membantumu untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan 🙂

—————-

:: untuk seorang kawan yang sedang melangkah mengikuti kata hati dan keinginannya sejak lama.

BALI BUDDHA

07:00 AM – 10:00 PM.

Jl. Jembawan no. 1, Ubud

Ph. 0361-976324

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

Kira-kira fashion statement apa yang ingin diutarakan oleh si Bapak dengan mengenakan kaos ini? 🙂

Mungkin Mas Hedi juga mempunyai tebakannya sendiri…

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

Bandung adalah perjalanan yang membukakan.


Perjalanan yang dilakukan sendirian, diputuskan secara tiba-tiba. Sedikit impulsif. Sangat berbeda dengan saya yang biasanya. Begitu pula yang dikatakan teman saya, ketika sepulangnya dari Bandung, saya membalas emailnya yang hanya terdiri dari dua kata: “Gimana Bandung?” dengan rentetan cerita panjang.

Senang bahwa pertanyaan dua kata-ku dijawab dengan respon yang ‘sedikit’ lebih dari dua kata. Gak nyangka. Aku bisa merasakan emosimu dan membayangkan ketika kamu menulisnya. Rasanya, aku tidak pernah melihat (tepatnya, membaca)-mu seantusias ini. Kamu itu menarik sekali secara kepribadian. Ada antusiasme dan letupan emosi, celetukan tidak biasa. Tapi lebih sering semua berputar di dalam otak/hati dan semua tercetus dalam bentuk simbol-simbol yang cukup halus.

Asli, waktu baca emailmu itu aku lagi di gym tuh. Walhasil, aku senyum-senyum sendiri (agak-agak terharu sedikit). Setelah itu, perasaanku jadi ikut terangkat. All is going to be ok.

Tapi beneran, aku sebenarnya sudah antusias ketika kamu bilang akan ke Bandung sendirian. Wah, sebuah terobosan. Ini baru pertama kali? Terobosan beneran. Bahkan mungkin lebih dari yang kamu–kita?–sadari.

Tidak banyak orang yang memutuskan untuk pergi sendirian tanpa kenal siapa pun. Itu harus pake rasa pasrah–sikap whatever will be will be. Dan aku yakin seyakin-yakinnya bahwa seorang kamu akan menikmati kesendirian itu. Tidak semua orang bisa, tapi kamu bisa.

Bandung membukakan mata saya akan hal-hal apa saja yang bisa saya lakukan. Hal-hal yang saya cintai. Hal-hal yang saya anggap penting. Lebih penting dibandingkan yang orang lain anggap penting. Apa-apa saja yang menarik dari sudut pandang saya. Kesempatan untuk mencumbui kesendirian pelan-pelan tanpa perlu merasa kesepian. Bukankah itu merupakan suatu kemewahan tersendiri?

Bandung juga membukakan kesempatan bagi saya untuk melihat masa lalu dan masa kini bermain-main dalam bingkai jendela. Dalam perjalanan panjang berlatar gedung-gedung dengan arsitektur art deco itu, saya memotret semuanya. Masa lalu dan masa kini. Juga memberanikan diri untuk mengintip masa depan dari balik jendela.

Bali–Kuta, Legian, Seminyak, Uluwatu, Jimbaran, hingga Dreamland, adalah perjalanan yang membebaskan.

Selalu demikian. Ketika kau merasa berada di ranah tak dikenal, di mana tak seorang pun peduli apa yang kau katakan, apa yang kau kenakan, dan bagaimana kau berpenampilan. Tempat di mana semua yang kau lakukan bisa mendapatkan permakluman atas nama liburan.

Tempat di mana kau merasa begitu kaya hanya dengan sandal jepit, celana pendek, dan kaos oblong, mengubur kaki di dalam pasir di siang bolong, kemudian memasang iPod dan asyik sendiri mendengarkan MIKA menyanyi, tak peduli keadaan sekitar, memandangi ombak di lautan, orang-orang yang berenang dengan bikini berwarna-warni, dan cakrawala di kejauhan.

Juga mengagumi barisan pemuda-pemuda tampan ala boyband yang berjemur di atas pasir pada pukul 2 siang dengan dada telanjang. Seperti berteriak, “Dipilih, dipilih, masih hangat, masih hangat…”

Ah, memandangi mereka semua itu saja sudah bisa memberikan saya kesenangan selama berjam-jam. Terik matahari pun terasa lebih ramah. Semua indah. Panas dan hujan. Semua indah ketika kita merasa bebas untuk menjadi diri sendiri, apa adanya.

Ubud adalah perjalanan yang melepaskan. Melepaskan semua. Pekerjaan dan rutinitas sehari-hari. Pemikiran tentang menulis. Kawan-kawan di ranah maya. Blogwalking. Semua terhenti di Ubud. Semua tergantikan dengan berjalan kaki selama 2-3 jam sehari, menyusuri jalan-jalan, pasar-pasar, sawah-sawah, dan toko-toko kecil… menumpang ojek melewati jalanan macet ketika kaki sudah nyaris lecet.

Memandangi hutan di kejauhan. Tidur dalam desau angin dan gesek dedaunan, suara-suara alam dan gemericik air. Sungai yang mengalir di bawah. Binatang-binatang yang bermunculan dari segala arah. Udara dingin yang menyembur dari pemandangan sawah-sawah pada senja hari. Mengakrabi semuanya membuatmu menggigil, tapi bukan karena dingin. Dan membuatmu tak lagi merasa perlu untuk mempertanyakan segala sesuatu dengan sepotong ‘mengapa’

Langit Ubud selalu penuh dengan bintang-bintang pada malam hari. Terang dalam pekatnya sekitar. Memberikan secercah rasa yang bukannya ingin saya simpan dan nikmati sendiri seperti biasa, tetapi justru ingin saya bagi. Karena bukankah langit selalu terlalu luas untuk dipandangi sendirian? Kita bisa berbagi sepuas-puasnya, dan langit masih tak akan ada habis-habisnya.

Teman saya itu benar. Ubud is such a magical place. Ubud bisa membuat saya takut, kagum, dan jatuh cinta pada saat yang bersamaan. Dan yang sedemikian itu baru bisa kau rasakan jika kau sudah melepaskan semua. Dan rela untuk lebur dalam rasa apa saja yang menggulung dirimu dalam ketiadaan.

~ sebuah suvenir kecil dari Ubud bisa ditemukan di sini ~

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

1. DJ atau musisi atau sound engineer. Dan sebangsanya.

Karena saya suka mendengarkan musik. Juga suka melihat lelaki yang bisa memainkan alat musik. Dan suka mendengarkan celoteh lelaki yang tahu banyak soal musik, mulai dari sejarah perjalanan grup-grup band legendaris, proses di balik penciptaan lagu-lagu yang menjadi hits, sampai keunikan seleranya dalam memilih jenis musik.

Di mata saya, gitaris (terutama rock guitarist) itu paling seksi jika dibandingkan dengan drummer atau kibordis–atau pemain alat musik lainnya. Gitaris-gitaris yang meluncurkan album sendiri lebih seksi daripada gitaris-gitaris yang tak punya album sendiri dan hanya ‘nebeng’ di album band-nya masing-masing.

DJ yang sedang berada di balik booth-nya, dengan turntable dan headphone, sesekali menyeruput minuman, dengan tampang tak pedulian, tubuh mengentak pelan, senyum dilemparkan ke tengah kerumunan = seksi.

Wartawan musik yang bisa main musik termasuk di sini. Penyanyi yang tidak bisa main alat musik tidak bisa dibilang seksi.

2. Peneliti/astronom/sejarawan/kurator/arkeolog/geolog dan sebangsanya.

Mungkin saya terlalu banyak nonton film.

Di banyak film Hollywood, terutama film-film petualangan, biasanya tokoh utama memiliki profesi-profesi seperti ini. Kemudian ada pembunuhan berdasarkan ritual kuno, manuskrip aneh yang ditemukan dalam Piramid, serangan binatang-binatang bermutasi dan segala macam bencana yang akan menyebabkan dunia gonjang-ganjing, lalu mereka yang tadinya bukan siapa-siapa dan tak dikenal itu datang, lalu menggunakan ilmu pengetahuan yang mereka miliki untuk menyelamatkan umat manusia.

Selain itu, profesi-profesi ini terbilang jarang. Agak langka, malah. Karenanya, saya suka. Kesannya bukan mass product tapi custom made 😀

Pengamat burung termasuk di sini. Jurnalis yang suka membuat film dokumenter di hutan-hutan, tentang binatang atau suku-suku di pedalaman (terlalu banyak menonton Discovery Channel dan Animal Planet), juga membuat laporan mengenai peninggalan sejarah atau budaya (terlalu kagum pada National Geographic) juga termasuk di dalamnya.

Peneliti foto-foto syur atau pakar telematika tidak masuk dalam daftar ini.

3. Chef/barista/bartender.

Saya suka makanan enak. Saya suka kopi. Saya tidak bi(a)sa minum alkohol, tapi bartender yang sedang bekerja dalam gelap, ditingkahi lampu yang berkerejap, dan musik yang menghentak, mencampur minuman dengan shaker sambil melempar-lempar botol, lalu wusssshhhh menghidangkan minuman yang terbakar menyala (flaming) nampak sangat seksi. Apalagi jika bartendernya mengenakan bandana dan di-piercing di alis mata atau dagu.

Pengamat kuliner termasuk dalam kategori ini.

4. Lawyer.

Yang satu ini mungkin karena saya begitu jatuh hati pada film Philadelphia-nya Tom Hanks. Dan terlalu banyak membaca novel John Grisham. Penampilan para lawyer yang kerap agak metroseksual, dengan celana panjang dan kemeja yang entah bagaimana bisa tetap licin walau mereka sudah nongkrong di pengadilan selama lebih dari 8 jam, dasi yang serasi, kacamata, briefcase, handphone yang sibuk memanggil, sepatu yang mengilat, wangi parfum samar-samar, rambut yang ditahan dengan gel, jam tangan, muntahan istilah hukum dalam bahasa-bahasa aneh…

Momen paling seksi adalah saat mereka berkata, “Keberatan, Majelis Hakim” dalam persidangan.

5. Sutradara/fotografer/arsitek/desainer interior/creative director di advertising agency. Dan sebangsanya.

Saya suka gaya mereka yang cenderung cuek, biasanya berkeliaran di coffee shop, mall, sampai warung-warung tenda dengan sandal gunung atau sepatu kets, handband, jeans, dan kaos, mengetik di laptop keren yang dikeluarkan dari dalam tas keren sambil sesekali menelepon atau berbincang dengan rekan kerja. Cool. Mereka juga kebanyakan punya pengetahuan yang luas dan referensi yang unik seputar film–entah mengapa.

Arsitek yang sedang memotret gedung-gedung tua dengan kamera yang nampak rumit bertambah seksi dua kali lipat. Jurnalis foto juga termasuk dalam kategori ini, namun tidak termasuk di dalamnya adalah jurnalis yang suka meng-upload foto-foto gosip candid di blognya 😀

……………………….

*) DISCLAIMER: paling seksi di sini berdasarkan selera saya pribadi. yang seksi profesinya, orangnya belum tentu. tautan yang dibuat mengarah pada profesi atau hobi, bukan pada diri pribadi. dilarang menanggapi postingan ini dengan kadar sensitivitas berlebih.

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

05:30 AM

Segelas susu cokelat dingin dan kerupuk putih.

06:30 AM

Sebutir permen mint untuk menyegarkan mulut selama tidur-tidur cantik, baca-baca cantik, atau browsing-browsing cantik di mobil. Lho, kenapa semuanya harus ada cantiknya? Hihihi 😀

07:30 AM

Kopi ~ hmm, apakah cukup kopi instan saja, karena saya sudah terlalu banyak minum kopi. Ah, tapi tak ada yang bisa mengalahkan kelezatan dan aroma kopi tubruk dengan sesendok gula pasir yang baru diseduh dengan air mendidih! *pandangan tertumbuk pada teh oolong melati di atas meja*

08:00 AM

Mbak Ida: Sarapan?

Saya: Hmm, apa ya…

Mbak Ida: Ada bubur, mie ayam, lontong sayur, ketoprak, soto ayam, nasi uduk, gulai, mie telor, gorengan?

Saya: Dingin-dingin begini enaknya bubur aja, deh.

08:30 AM

Menikmati bubur ayam dengan sebotol jus jeruk dan segelas air putih.

Bos saya: (berteriak) Care for Starbucks? Anyone? (sambil mengacungkan beberapa lembar lima puluh ribuan)

Sekantor: “Hot caramel machiato 2! Hot chocolate 2! Latte 1!”

(saya termasuk yang memesan hot caramel machiato)

09:15 AM

Teman saya datang membawakan sebungkus strawberry custard kesukaan saya yang biasa dibelinya di sebuah swalayan Jepang dekat blok M sana.

09:30 AM

Email masuk dari kawan sekantor yang duduk di seberang sana, dekat lemari buku:

Morning guys, this is a reminder to send last week’s activity report to your respective issue mgmt client, yaaa… Thanks much. Btw, gue punya Loacker dan coklat di meja… Kalo mau ambil aja.

*kucluk-kucluk menuju meja seberang*

10:00 AM

Rapat dengan klien.

“Hai, Han! Di meeting room sini aja, yuk. Mau minum apa?”

*melihat-lihat isi cooler dan menjatuhkan pilihan pada sebotol Frestea Green*

“Eh, nih, baru dapet kiriman amplang lagi, sekardus! Hihihi, sambil ngemil ini saja, ya, meetingnya…”

11:30 AM

Selesai meeting…

“Tanggung, nih. Sudah dekat jam makan siang. Makan siang dulu aja, yuk.”

“Yuk, di Walahar?”

“Okeh.”

“Makan apa, ya?”

“Yang biasa?”

“Sip!”

*berjalan gembira menuju warung nasi goreng kambing*

Dan pagi pun berganti siang 😀

Kalau kata Gage, “Pantas kamu subur!”. Sial! Hihihih.

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP