Mungkin ia terlalu sering begadang atau nge-blog hingga pagi. Lalu terkena angin malam di kota yang tak juga beranjak sepi. Atau memang sudah terlalu banyak puntung rokok yang menyesaki asbak penapasannya hingga tak muat lagi. Entahlah. Yang jelas, kabarnya sang kawan itu sedang sakit.

Semoga tidak serius, karena ia masih menyempatkan diri untuk online sesekali, meski tak seceria dan secerewet biasanya–bukankah memang memandangi layar komputer berlama-lama di kala sakit malah akan membuat kepala bertambah pusing?

Jadi apa yang harus dilakukan ketika sakit?

Seorang sahabat pernah berkata kepada saya bahwa sakit adalah pengingat. Karena sakit merenggutkan kita dari hal-hal yang kita cintai.

Benar juga, ketika saya sempat jatuh sakit beberapa waktu lalu, semua yang biasa saya nikmati ternyata tidak nikmat lagi. Membaca buku, pusing. Membaca blog, pusing. Menulis blog juga pusing. Bahkan makanan favorit saya terbengkalai begitu saja. Melamun pun segera berujung pada depresi.

Sakit menyadarkan kita akan seberapa kuat–sekaligus seberapa rapuhnya kita. Agar kita beristirahat ketika perlu. Bahwa meski hati dan pikiran menginginkan kita untuk terjaga 24 jam, tubuh kita meredup pelan-pelan.

Lambat-laun, sakit juga mengajarkan kita untuk menjadi lebih sabar, dan dengan lapang dada menerima segala sesuatu apa adanya. Pasrah. Sehingga kita mulai mencari hal-hal lain yang tak terlalu menjadi pilihan untuk dinikmati pada hari-hari biasa, namun ternyata mendatangkan kebahagiaan tersendiri ketika kita sedang sakit.

Memejamkan mata. Tidur. Wangi minyak kayu putih atau balsem Vicks Vaporub. Selimut yang menghangatkan. Lampu kamar yang dimatikan. Mandi air hangat dan taburan bedak bayi untuk menyegarkan suasana yang kebetulan muram. Menyimak infotainment dari ruang tengah samar-samar. Mendengarkan gemericik air di kolam ikan kala tak bisa lelap malam-malam.

Karena bukankah ketika sakit terlalu lelah rasanya untuk tetap marah pada dunia?

Jadi, saya ucapkan semoga lekas sembuh pada kawan yang tengah sakit itu. Semoga ia masih bisa menikmati banyak hal di kala sakit, dan lebih banyak hal lagi di kala sehat.

Amin.

IMG. Gambar diambil dari sini.

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

Akhirnya perempuan itu menyukai pagi juga. Cerah di atas pucuk kepalanya dan hangat yang membelai kulitnya.

Hujan akan selalu menghadirkan melankoli dan romantisme dari balik jendela; baik dalam secangkir kopi maupun segelas teh hangat yang dituang dari dalam poci.

Tetapi belakangan ini, sinar matahari yang tidak terlalu terik juga mulai menemaninya menyesap sebotol jus jeruk pelan-pelan. Ya, pelan-pelan. Karena ia nikmati saja semuanya hingga pagi untuk hari itu habis tak bersisa.

Strawberry smoothies mulai menggantikan hot caramel machiato sesekali; cukup untuk memberi warna, namun tak terlalu kerap untuk bisa mengubah dirinya menjadi seseorang yang lebih berbunga-bunga. Ia pikir bunga-bunga itu juga tak terlalu esensial, dekorasi itu perlu namun tak usah berlebihan. Minimalis masih tetap menjadi pilihan dan ia masih merasa nyaman dalam ruangan yang agak lapang. Ia pikir ia cenderung klaustrofobik, tapi tak mengapa.

Bukankah kita semua membutuhkan jarak?

Malam itu ia tengadahkan kepala dari boncengan ojek, memandangi bintang-bintang. Hanya ada satu hal yang terlintas dalam pikirannya: indah. Itu saja, tak ada saya-kangen-kamu atau kamu-sedang-apa atau apakah-kamu-sedang-memikirkan-saya. Sudah lama pikirannya tidak pernah diam. Ternyata hanya indah itu lebih dari cukup.

Ketika langit berubah warna dan pagi menerangi jalan yang sedikit basah setelah diguyur hujan, ternyata ia masih bahagia. Ia hampir lupa kapan terakhir kali bertegur sapa dengan pagi. Jadi, pukul enam lebih dua puluh menit, ia hirup dalam-dalam semesta kecilnya itu; merengkuh semua rindu: pagi, dan malam, dan segala yang berada di antaranya.

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting lifeā€”one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP