Seandainya saya ada di sana.

Tetapi sudahlah. Saya rasa keberadaan saya di sana pun tidak akan membuatmu baik-baik saja. Tidak banyak yang bisa saya lakukan untuk membuat keadaan berubah dari parah menjadi biasa-biasa saja, terlebih lagi dari biasa-biasa saja menjadi istimewa. Saya rasa, seperti biasa, saya hanya akan diam dan mendengarkanmu bicara (saya selalu suka mendengarkanmu bicara, oh tepatnya saya selalu suka memandangi kamu–tak peduli kamu sedang apa).

Terkadang saya mencoba mengerti apa yang berkecamuk dalam benakmu, dalam pikiranmu, dalam hatimu. Tetapi semakin keras saya mencoba, semakin saya kehilangan arah. Ada terlalu banyak kenangan dan perasaan yang tertinggal di sana, sehingga saya tidak bisa menjadi sekadar orang luar. Tiba-tiba saja semua yang terjadi dalam hidupmu mempengaruhi kehidupan saya.

Ah. Saya tidak menyangka bahwa selama ini kamu selalu terluka.

Saya rasa saya sudah mengetahuinya sejak dulu, hanya saja saya tidak pernah punya keberanian untuk memintamu membagi sedikit beban itu. Saya merasa tidak berdaya. Ketidakberdayaan itu menyakitkan, karenanya saya memilih percaya bahwa kamu tak apa-apa. Perempuan-perempuan dalam hidupmu itu akan menjagamu dan memastikan bahwa kamu takkan terluka.

[Tapi ternyata mereka melukaimu juga]

Mungkin saya terlambat. Atau kamu yang tidak hadir tepat waktu. Sudahlah. Saya rasa semua itu sudah tidak penting untuk dibahas saat ini. Terlalu basi untuk didiskusikan kembali.

Meskipun demikian, seandainya saya ada di sana, pagi ini saya akan membuatkan semangkuk bubur ayam dan segelas teh manis untuk menu sarapanmu. Bukan kopi. Terlalu pahit untuk hidupmu, dan kafein adalah stimulan yang terlalu melankolis menurutku. Jadi itu saja, bubur ayam dan teh manis.

Catatan kecil di dalam buku notesmu seperti dulu. CD kesukaanmu yang dikirimkan ke kantor pada jam makan siang, ditempeli plester bertuliskan to-heal-your-wounds. Saya akan menunggumu di ujung jalan. Ketika kamu keluar dari pintu depan hendak pulang, saya akan menghampirimu, setengah berlari. Kamu akan terkejut, lalu tertawa, dan bertanya,”Mau ke mana kita?”

Dan saya akan menggandeng tanganmu, ikut tertawa dan berkata, “Entahlah.” Lalu kita melangkahkan kaki, menjauh dari situ dan berjalan saja selama beberapa waktu, bertukar cerita, menertawakan hal-hal yang kelucuannya hanya bisa dimengerti oleh kita berdua.

Tiba-tiba saja langkah kita terhenti di sebuah toko kue. Ada kue-kue mangkok lucu terpajang di balik pendingin kaca. Kita memilih yang cokelat itu, dengan gula-gula berbentuk hati berwarna merah jambu di atasnya. Berbagi sepotong kue itu berdua, karena saya tidak terlalu suka rasa manis.

Lalu kita duduk-duduk di taman kota sampai malam; di negeri yang masih asing bagi saya, dan masih asing bagimu meskipun kamu sudah berada di sini selama beberapa waktu. Kita akan bicara lagi sampai mengantuk dan lelah dan bosan dan merasa ringan.

Ah, sudah tengah malam. Waktunya untuk pulang. Kita berdiri, berjalan menuju tempat kita bertemu tadi, lalu saling berpandangan. Saya sodorkan bungkusan kecil yang saya sembunyikan di dalam tote bag saya sedari tadi. Kue mangkok kuning dengan hiasan gula-gula membentuk kalimat I-Love-You.

“Untuk dia,” saya tersenyum.

“Oh, wow. Thanks…” kamu mengedipkan sebelah mata. “Oh, wait… ini untuk dia. Dia pernah bilang bahwa dia sudah lama cari-cari record ini…”

Saya menerima LP record Nina Simone itu, terkejut. Lalu tersenyum.

Dan kita melambaikan tangan. Saya pulang kepada lelaki saya dengan LP record di tangan, dan kamu pulang pada perempuanmu, dengan kue mangkok bertuliskan I-Love-You.

Ah, tak peduli di mana saya berada, tidak di sini, tidak di sana, tidak peduli apakah saya di sini dan kamu di sana, atau kita di sini atau di sana bersama-sama, tidak akan ada yang berubah.

Semua selalu berakhir serupa.

hanny

10 Responses

  1. X : “you know, you keep trying to break up with me, and we’re NOT even together!”

    Y : ” I know…Uh, we’re not???”

    X : ““NO! We’re substitute people, remember?!”

    Hey, now they actually have a shot at being friends for the rest of lives 😀

  2. X : “you know, you keep trying to break up with me, and we’re NOT even together!”

    Y : ” I know…Uh, we’re not???”

    X : ““NO! We’re substitute people, remember?!”

    aha, menyenangkan jika relationship adalah hubungan tanpa beban. kamu kembali ke perempuanmu, dan aku kembali ke lelakiku. Btw, those quote is taken from Elizabethtown

  3. Jika aku ada di sana, aku akan menolongnya. Tapi, tatap matanya berkata dia baik-baik saja. Dia akan baik-baik saja.

    Aku pun pulang dengan senyum kedamaian…

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP