Ia memutuskan untuk tidak mengawali 2008 dengan lara—tidak juga dengan pesta. Pada tengah malam hari itu, ia justru membereskan lemari bukunya yang sudah terlalu sesak—beberapa novel kesayangannya justru berada di dalam laci meja rias; sejangkauan tangan dari tempat tidurnya. Karena ia suka membaca sambil berbaring, tak lupa menutupi kaki dengan selimut hingga sebatas lutut (kakinya selalu terasa lebih cepat ‘dingin’ dibanding anggota tubuhnya yang lain).

Akhirnya, ia memasang sebuah rak buku kecil di dinding sebelah tempat tidurnya, dan meletakkan sederetan novel Banana Yoshimoto-nya di sana (ia sudah berhasil mendapatkan semuanya, kecuali Lizard). Ada juga Orang-Orang Bloomington-nya Budi Darma dan Interpreter of Maladies-nya Jhumpa Lahiri, serta Apples-nya Richard Milward. Laci meja riasnya kini sudah dikosongkan dari novel-novel itu, dan digunakan untuk keperluan yang semestinya.

Tidak ada lara bukan berarti tak ada hujan, senja, dan secangkir kopi.

Ia suka hujan yang turun menyambutnya ketika ia pulang dan terus turun menemaninya berdiam di rumah, tidak berhenti dari pagi hingga pagi lagi. Hujan selalu membuat suasana hatinya menjadi lebih baik; meskipun ia merasa sedikit bersalah telah jatuh cinta pada hujan di saat banyak rumah dan kehidupan terendam banjir di akhir bulan. Memandangi hujan sambil melamun dan menikmati secangkir kopi hangat merupakan laku yang tak tergantikan.

Jadi, ia mengawali tahun 2008 dengan senyuman. Tidak ada air mata. Sahabat-sahabatnya pulang. Mereka bersenang-senang. Tiba-tiba semangatnya untuk bekerja timbul lagi. Ia kangen kesibukan itu.

Entah apakah ia terlalu berdedikasi ataukah hanya berusaha melarikan diri. Tapi yang jelas, kala tahun berganti, tak ada lagi ujung sarung bantal dan punggung tangan yang basah karena digunakan untuk menghancurkan tetes-tetes yang panas menyengat di sudut mata.

Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, ketika ia masih merasa bahwa kebahagiaannya bergantung pada orang lain, dan bukan pada dirinya sendiri.

Jadi, pagi pertama di tahun 2008 itu, ditemani hujan, ia pun membasuh dirinya dan berdoa.

hanny

10 Responses

  1. Tertidur pulas di malam pergantian tahun. Tak ada hadiah yang lebih berharga dibandingkan kesempatan memejamkan mata. Beberapa bulan sebelum pergantian tahun begitu menguras tenaga, dan aku yang semena-mena merampas hak mataku untuk beristirahat.

    Selamat beristirahat mataku… Tahun 2008, kita kerjasama lagi yaa…

  2. Selamat tahun baru. Mumpung Januari belum habis 😉

    Semoga tahun ini tetap dihujani bahagia ya neng … -hug-

    atta

  3. @eva & balibul: Happy new year! God bless u, too! 🙂

    @jundi: aminnn ;p semoga ketemu tawa dan suka di 2008 hehehehe, cinta juga boleh…

    @komikuskeren: hush, ngetawain lagi. bukannya nyariin…

    @wazeen: Tuhan, kirimkanlah akuuu, kekasih yang baik hatiii… hihihi

    @okta: happy new year juga! gpp telat daripada tidak sama sekali hehehe.

    @neko: krisnaaaa oiii kangen ih, kemana aja? kalo ke korea lagi ikut! hihihihi. ada 6 bulan ke depan, nih. 50 halaman, yah. hmm… ayo semangat! 🙂 senangnya bisa berkolaborasi dengan neko no oujisama yang terkenal itu ;p

    @atta: atta, kenapa setiap kali ketemu kamu selalu sedang terburu-buru? miss u! hugsssss! mwah mwah.

  4. Hanny, kamu memang berdedikasi..patut dicontoh! hihihi.. selamat ya! ;9 tahun ini pasti tetap akan banyak hari hari ingin boboan di sore yang ditemani hujan.. aku pun merindu hujan…

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP