[why do people see this world merely in black and white,
while other colors are there to beautify life itself?]
Kamu adalah lelaki yang melihat segalanya hitam; dan aku adalah perempuan yang melihat segalanya putih. Seperti itulah adanya aku, dan kamu, yang—entah kenapa, selalu berada di dua ekstrim. Tetapi ternyata putih tak kuasa untuk tidak jatuh cinta pada hitam…
Hanya agar aku dan kamu bisa bersama, tidaklah adil bagiku untuk berubah hitam; sama tidak adilnya bagimu untuk berubah putih. Adilkah jika kita berdua menjadi abu-abu? Karena abu-abu hanya membutuhkan sedikit hitam pada putih, dan sedikit putih pada hitam.
Aku pernah berpikir bahwa beginilah cara cinta bekerja; dengan melewati serangkaian kompromi dari hari ke hari. Tetapi gambaran ini terasa tidak ideal bagiku. Bukankah cinta seharusnya membebaskan? Dan bukankah salah satu alasan yang membuatku tertarik padamu adalah karena kamu hitam, pekat, dan bukannya abu-abu?
Aku jatuh cinta padamu karena kita berbeda. Karena aku merasa bahwa kamu mampu menghadirkan sedikit kelam yang selama ini absen dari kehidupanku yang benderang. Atau, mungkin saja, layaknya magnet (ah, dan bukankah bumi merupakan sebuah magnet raksasa dengan dua kutub?), kita memang selalu tertarik pada mereka yang berbeda dengan kita. Karena perbedaan itu membuat segala sesuatu nampak lebih indah di antara keseragaman yang serupa.
Atau mungkin juga, karena perbedaan selalu membuat kita merasa kaya—hanya karena kita begitu terbiasa mendengar utopia Jerry Maguire mengenai dua beda yang saling melengkapi: “You complete me!”
Tetapi bagaimana jika perbedaan itu justru menghadirkan jarak yang terlalu jauh untuk ditempuh?
Kamu adalah percikan cat hitam di atas kanvas putihku yang tak bernoda. Tetapi ajaibnya, dengan komposisi tepat walau tak disengaja, percikan cat hitam itu membentuk sebuah pola yang indah meskipun abstrak. Meskipun hanya aku dan kamu yang bisa mengerti makna di balik percikan-percikan itu.
[your chaotic life is like a stain over my spotless canvas…]
Karena aku tanpa kamu, hanyalah sebuah kanvas putih yang menunggu untuk tersapu kuas. Sementara kamu, tanpa aku, hanyalah setetes cat hitam yang tersisa dari aksi vandalisme yang dilakukan secara diam-diam selepas tengah malam. Tetapi, berdua, kita—kanvas dan cat hitam ini; menjelma sebuah karya seni yang bernilai tinggi.
Karena kita memberikan makna untuk satu sama lain.
——————-
PS: Kupikir cinta adalah ketika hitam bisa tetap menjadi hitam, dan putih bisa tetap menjadi putih, dan hitam dan putih berpikir bahwa tak ada yang salah dengan tetap menjadi hitam dan tetap menjadi putih.