Mempertemukan dua hati memang tidak pernah mudah. Saya nyaris setuju dengan frasa ‘gampang-gampang susah’. Debar-debar bukan lagi milik berdua, tetapi milik bersama. Wajah-wajah cemas yang menunggu, menengok ke pintu masuk setiap beberapa detik sekali. Ada beberapa mangkok mie angsio sapi, xiao long bao isi ayam, dan beberapa gumpal resah. Mungkin begini rasanya hendak menikah.

Jari-jari saya pun cepat melakukan senam pagi, meskipun saat itu sudah malam hari:”I’ve seen her, and I think she’s not your type.”

Kami pun menunggu selama beberapa waktu. Mungkin getar itu akan hadir tetapi butuh pemanasan. Tetapi akhirnya ragu menyingkir digantikan rasa lapar. Ketika getar-getar itu tidak hadir setelah lama ditunggu-tunggu, kami pun angkat kaki dan terdampar di sebuah kafe kecil di bilangan Kemang. Getar itu justru hadir pada hati yang tak lagi sendiri. Tetapi kami putuskan bahwa tak ada salahnya berkawan.

Segelas kopi menjelang tengah malam selalu bisa menghangatkan hati. Hingga saatnya seseorang membuka luka lama dengan sebuah kokology tentang Romeo dan Juliet, orang tua, tukang perahu, tukang kayu, dan biarawati.

“Gue tau, itu lu banget! Bener banget!” seorang kawan lama berteriak penuh semangat.

Perjalanan pulang yang terlalu singkat. Ketika hati diam, mencengkeram dalam malam yang beranjak dinihari. Ketika lagu-lagu menghentak berubah sendu. “I’ll never fall in love again …”

Mungkin kesedihan itu akhirnya mengambil rupa yang sama sekali berbeda. Ketika bukan lagi Romeo yang membuat saya bersusah hati; tetapi kenyataan bahwa Romeo mungkin bukan lagi lelaki yang saya cintai.

“I’ll never fall in love again? Amit-amit. Jangan sampai, yah!” dia tertawa.

Saya ikut tertawa. “Nggak, lah. Fall in love again? I’m ready!”

Dan ternyata saya masih baik-baik saja hingga hari ini. Yuk, mariii …

hanny

4 Responses

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP