Saya kangen telepon-telepon tengah malam kamu yang dulu terasa mengganggu. Sudah berapa lama ya, saya tidak ketemu kamu? Sepertinya baru sebentar. Tidak ada satu bulan. Tetapi buat saya rasanya sudah lamaaa sekali.

Saya kangen tawa kamu yang lepas di tengah segala kepenatan yang kita alami sama-sama. Bahkan di saat-saat paling genting pun kamu bisa membuat saya merasa baik-baik saja. Saya kangen SMS-SMS kamu yang penuh dengan tanda titik dua dan kurung tutup. Saya jadi membayangkan wajah kamu yang tersenyum–dan semakin ingin ketemu kamu lagi.

Aneh, kenapa saya jadi kangen sama kamu?

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

Seharusnya saya tahu bahwa hubungan yang kami bangun di atas istana-istana pasir itu rapuh. Sebentar saja pasang akan menyapu jejak-jejak yang pernah ada sampai jauh.

Lantas siapa yang bisa mengetahui bahwa suatu saat dulu pernah berdiri sebuah istana pasir yang indah di situ? Yang dibangun dengan cinta dan kesungguhan selama lebih dari 1 jam di bawah sengatan panas matahari dan capitan kepiting-kepiting kecil yang merayap tanpa sepengetahuan kita?

Hari itu kami menyusuri pantai dengan kaki telanjang. Tangan-tangan kami menjinjing sandal jepit yang penuh dengan pasir dan kantung-kantung plastik berisi udang, remis, dan scallop. Langit merekah di atas kepala-kepala kami yang menengadah, menggurat warna merah tua, ungu, dan kuning tua di cakrawala.

Kami berjalan dalam diam. Diam yang menghangatkan. Diam yang memeluk dengan tangan-tangannya yang panjang. Ia berkata bahwa ia jatuh cinta. Tetapi saya tidak mengatakan apa-apa.

Di pantai yang lain, bertahun-tahun yang lalu, kami membangun istana-istana pasir. Pasir yang sama kini mungkin telah terbawa arus beribu-ribu kilometer jauhnya.

Kini kami berdua berdiri di pantai yang berbeda, nyaris 9.000 mil jauhnya dari pantai tempat kami membangun istana-istana pasir dulu.Tetapi saya rasa kami tengah menjejak butir-butir pasir yang sama…

*dedicated to DFH — terima kasih karena telah memberikan “selamanya” hanya dalam waktu 2 bulan saja

IMG. http://www.rion.nu/v5/post/123102/IMG_0646med.jpg

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

Cinta sendiri adalah sebait puisi yang terlalu panjang untuk dinikmati semalam suntuk dalam sebuah pementasan.

Betapa membosankan melihat cinta dari balik kotak kaca setebal 3 sentimeter dalam sebuah pameran.

Di sekitar saya, atas nama cinta, orang-orang berjalan dengan tangan-tangan terpaut. Menggenggam jari-jemari yang sesungguhnya tak akan pernah mereka miliki. Dan sesungguhnya tak akan pernah bisa mereka mengetahui rahasia-rahasia yang tersembunyi di sela-sela jari-jemari itu meskipun mereka telah menyentuhnya.

Saya bukan kritikus, kolektor, kurator, atau penikmat cinta yang terpajang dalam kotak.

It’s just so damn pathethic.

IMG. http://hope.abta.org/images/content/pagebuilder/12564.jpg

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

Suatu hari nanti,
jika saatnya tiba,
kamu akan mengerti mengapa saya memilih untuk tidak mengantar kepergianmu hari itu.

Tentang mengapa berat rasanya bagi saya untuk berdiri di sisi lain pintu-pintu kaca itu, mengawasi punggungmu yang kian menjauh, dan menyadari bahwa saya akan semakin kehilangan sosokmu yang tidak pernah menjadi milik saya.

Tentang mengapa sulit rasanya bagi saya untuk melihat kalian berpelukan dan berciuman untuk yang terakhir kali, ketika air mata membutakan pandangan kalian berdua, dan saya melihat betapa enggan kalian berpisah satu sama lain; sementara saya hanya bisa mengantarmu dengan senyuman.

Air mata itu tidak pernah menjadi milik saya, sehingga tak patut saya menumpahkannya pada kepergianmu yang selalu terkesan tiba-tiba. Dan senyuman itu merupakan sebuah ironi yang terlalu jelas menyatakan bahwa kita memang tidak pernah lebih dari sekedar teman.

Tetapi begitulah saya ingin kamu mengenang semua hal tentang saya: saya yang tersenyum…

Karena hanya senyuman yang bisa saya berikan ketika pada sebuah masa depan yang jauh,
kamulah yang berdiri di sisi lain pintu-pintu kaca itu,
melepas kepergian saya.

Dan saat itulah, kamu akan benar-benar mengerti mengapa saya memilih untuk tidak mengantar kepergianmu hari itu.

IMG. http://www.photo.net/photo/pcd0510/stockholm-airport-hopskotch-102.4.jpg

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

Kisah kita adalah selembar papan permainan puzzle yang terdiri atas 2.471 keping.

Dengan ceroboh kita menghilangkan beberapa keping ketika kita sedang tidak peduli dan ribut sendiri.

Kehilangan yang kita sesali pada saat ini di masa depan, ketika kita mulai sibuk mencari.

Ketika kita menyadari bahwa kepingan-kepingan yang hilang itu membuat papan puzzle kita membingkai suatu gambar yang tidak lengkap.

Dan kita terperangkap dalam sebuah permainan yang tidak pernah selesai.

Kita sudah terlalu dewasa…
dan hidup kita sudah terlalu hectic untuk terus bermain.

Terkutuklah aku, yang masih terus mencari kepingan-kepingan itu…

IMG. http://www.sunameri.jp/kids/images/kids_puzzle.jpg

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

Semuanya seperti hujan yang menitik tepat di atas puncak kepalaku.

Everything happens for a reason.

Tidak ada angka-angka pada kalender yang tergantung di dinding.
Hari-hari berlalu bukan dalam potongan-potongan waktu. Tanggal-tanggal penting terlupakan.

Hari ini berlangsung selamanya, seumur hidup, hari yang panjang, hari yang berlangsung selamanya.

*dedicated to those who share the Nov 5th memories

IMG. http://boston.k12.ma.us/mann/images/j03096416.jpg

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

HAN, DAH TIDUR? G DAH PLG, NIH, demikian isi SMS yang kamu kirimkan pada suatu waktu lewat tengah malam. MSH JET LAG ABIS. GAK BS TDR.

Dan saya pun enggan untuk tidur lagi; sehingga kita menghabiskan sisa dini hari dengan penyegaran jasmani khusus ibu jari: 20-set, tidak henti-henti. Hari-hari seperti ini adalah hari-hari di mana saya rela begadang sampai pagi, meskipun hari-hari seperti ini hanya terjadi sekali-sekali.

Akhirnya saya dan kamu jatuh tertidur setelah bertengkar mengenai siapa yang harus berhenti mengirimkan SMS duluan. Seperti dua orang yang tengah kasmaran. Tetapi tidak sekalipun dalam 20-set itu kita menyinggung mengenai kita.

Kamu tidur sampai jam setengah enam, dan baru bangun ketika perut kamu terasa keroncongan. Telepon genggam saya berkedip dan sebaris kata mengkonversikan kehadiran kamu dalam guyuran senja. MAKAN DI LUAR YUK. SEJAM LG G JEMPUT YA.

Dan kita pun menghabiskan malam itu di sebuah kafe pinggir jalan. Ketika makanan kita datang, kamu sibuk bergerilya mencuri tumpukan keju dari piring saya, sementara saya pun gigih berburu udang-udang yang terkubur di dalam nasi goreng yang kamu pesan. Menggunakan sendok dan garpu layaknya pedang. Sepertinya kita sedang bertengkar, tetapi kita tahu yang terjadi adalah sebaliknya. Semua nampak berjalan sempurna, selama kita bertahan untuk tidak bicara tentang kita.

Pukul delapan lewat, masih terlalu dini buat kamu untuk pulang. Dan saya pun belum menginginkan hari ini berakhir di sini. Maka beberapa menit kemudian, kita terdampar di sebuah kedai kopi berdinding kaca dengan sofa-sofa merah tua. Sandaran sofa itu tepat setinggi bahu saya. Sehingga ketika kamu mengistirahatkan tanganmu di sana, tercipta ilusi optik yang luar biasa: kamu seolah tengah memeluk saya.

Kita berdiri di depan kasir, memesan tiga jenis kopi untuk dinikmati berdua—dan sebotol Vodka Cruiser untuk kamu saja. Ditingkahi lampu yang temaram, kita pun bicara tentang hal-hal yang pernah kita lewati bersama. Kawan-kawan. Impian. Masa depan. Tetapi tidak sekalipun kita mengangkat topik mengenai kita dalam pembicaraan.

Kita meledak dalam tawa ketika mengenang masa lalu, bertukar pandang kemudian cekikikan sampai nyaris gila. Ada hal-hal yang cuma dimengerti oleh kita berdua. Dan kita tidak meminta lebih. Sudah cukup meskipun kita hanya nampak seperti sepasang kekasih.

Ketika semua nyaris sempurna, seperti biasa, gadis itu menampakkan dirinya di bingkai jendela. Tepat di hadapan kita. Dengan rambut terjuntai dan wajah kusut masai, dia melayang di sana. Memandangi kita. Dia tidak bicara, tetapi kita tahu dia berduka. Dia tidak meneteskan air mata, tetapi kita tahu bahwa dia menangis.

Dan kita pun terdiam. Tawa kita menghilang menjadi sekeping sunyi yang terlalu sendirian.

Kemudian kita menyadari bahwa gadis itulah yang membuat kita tak pernah sungguh-sungguh berbicara tentang kita.
Karena gadis itu adalah suara hati kita.

IMG. http://www.phirebrush.com/issues/issue26/submissions/digital_art/Fififi%20-%20ghost_girl_by_Fififi.jpg

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

Dear God,

Thank you for I am now 23. Thank you for the beautiful birthday morning–and the pouring rain at the night time You’ve given me. Thank you for it has become such a perfect day. It’s one of the most perfect birthday I’ve ever had in 23 years.

Thank you for I have finally graduated from the university, and thank you for letting me stay for a while at Gates before I finally moved to Maverick (thanks for the pink shoes, the cute earrings, and the orange greeting card, guys! Luv u!)

Thank you for I have finally get over You-know-who and thank you for replacing You-know-who with some precious people. Thank you for now I have less regrets and have been able to move on my life. Thank you for You have passed me from heavenly subject ACCEPTING YOURSELF 101 and FORGIVING 101 with flying colors.

Thank you for I am now 23. And thank you for showing me that yesterday’s tears would eventually turn into tomorrow’s laughter.

IMG. http://www.mrfuzzy.co.uk/images/photo_tips.jpg

hanny
WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP