Ketika saya memandangi bintang-bintang malam ini … saya melihat saya dan kamu di masa lalu. Kita adalah kelap-kelip itu.

Sepertinya … suatu saat dulu, kehidupan kita pernah bertemu tanpa sengaja di suatu sudut. Kemudian kita memutuskan untuk menjadikan sudut itu tempat ternyaman kita berdua, di mana kita bisa saling berbagi, tertawa, dan menangis bersama.

(Tepat pada saat ini saya teringat pada sebuah pepatah lama yang mengatakan: “Suatu saat nanti, kamu akan melupakan mereka yang pernah tertawa bersamamu, tetapi kamu tidak akan pernah bisa melupakan mereka yang pernah menangis bersamamu”).

Sampai tiba saatnya ketika semua berubah.

Dan kita memutuskan untuk menempuh jalan yang sama sekali berbeda. Sendiri-sendiri. Meninggalkan sudut itu tanpa pernah memutuskan apakah kita akan kembali, atau bertemu lagi di sana suatu saat nanti.

Sekarang, kita seperti dua orang asing yang tidak pernah saling mengenal. Hanya dua sosok yang tengah menapaki jalan masing-masing dengan pandangan lurus ke depan. Memaksa diri untuk tidak menoleh ke belakang. Selalu tahu bahwa sudut itu akan tetap berada di sana–di suatu waktu di masa lalu, tanpa pernah tahu apakah suatu saat dulu, ketika kiita masih sering duduk-duduk di sudut itu, pernah ada cinta yang hadir dan tak terucapkan hingga kini …

Ketika saya memandangi bintang-bintang malam ini, saya melihat saya dan kamu di masa lalu. Kita adalah kelap-kelip itu.

Katakan pada saya, apa yang kamu lihat ketika kamu memandangi bintang-bintang?
Apakah kamu melihat saya dan kamu di masa lalu?

Ataukah … kamu hanya melihat bintang-bintang?

~ still starring at those beautiful stars ~

IMG. http://www.lip.pt/~catarina/starry-night.jpg

hanny

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP