Kamu datang di saat saya sedang teramat sendirian.

Kalau kamu pernah merasa kesepian ketika sedang berada di tengah keramaian, mungkin kamu tahu apa yang saya maksudkan. Ketika wajah-wajah mereka yang kamu kenal menjadi sedemikian kabur, dan kamu seperti tidak menemukan dirimu di antara mereka yang sedang tertawa bersamamu.Kamu adalah satu wajah asing yang hadir pada satu momen genting di mana semua terkesan seragam dan familiar. Dan kehadiran kamu membuat kesepian itu menjadi kehilangan arti. Karena sepercik warna di tengah nuansa hitam, putih, dan abu-abu cukup intens memberikan makna. Dan cukup kuat memukau indera.

Kamu datang di saat saya sedang teramat sendirian.

Dan kamu membuat saya mengerti bahwa kesendirian tidak selalu berbanding lurus dengan kesepian. Karena dalam kesendirian, kamu ada dalam setiap tetes hujan yang saya pandangi dari balik layar komputer saya di sore hari. Kamu yang sekali-sekali datang membuat saya tidak pernah kehilangan harapan. Dan kamu yang sekali-sekali menghilang menjadikanmu sosok yang selalu dirindukan.

Ada kalanya saya merasa bahwa kamu hadir untuk membuat saya percaya lagi pada satu hal itu, yang dalam beberapa tahun terakhir ini telah saya anggap sebagai “mitos”. Satu hal yang dipuja sedemikian banyak orang dan belakangan saya terjemahkan dengan kata “old crap”.

Kamu mengada sebagai serpih-serpih rasa pada setiap harinya. Dan jika saya cukup tabah memunguti serpih-serpih itu satu demi satu, saya akan mendapatkan satu hal itu dari dirimu. Utuh.

Ada saat-saat di mana kamu menyerpih sedemikian rupa, memenuhi jejak hidup saya, tetapi saya terlalu malas untuk memungutinya. Berpikir bahwa masih ada hari-hari ke depan, dan saya masih punya banyak kesempatan. Terkadang saya menyesal, mengapa saya tidak lebih rajin mengumpulkan serpih-serpih itu, sehingga saya dan kamu bisa lebih cepat menyatu.

Tetapi … kamu sudah datang di saat saya sedang teramat sendirian. Dan kenyataan itu sudah cukup membantu saya melewati hari-hari yang “hectic” dengan senyuman.

Untuk sementara, perburuan mengumpulkan serpih-serpih itu tak lagi penting buat saya. Ada memori sebesar 1 GB tentang kamu yang siap diakses kapan saja. Saat ini saya sudah cukup puas memandangi potongan-potongan gambar tentang kamu. Kamu yang sedang tersenyum lebar, mengerutkan kening, atau diserang panik. Ada suara-suara kamu. Kamu yang sedang tertawa terbahak-bahak, berbicara dengan nada serius, atau bergumam sendirian di tengah gejolak pemikiranmu.

Saya sudah mendedikasikan satu folder khusus berisi kamu dalam benak saya, lengkap dengan back-up nya.

Jangan takut jika suatu hari, ketika sedang sendiri, tiba-tiba kamu mendengar suara-suara aneh yang tidak kamu kenali. Kemungkinan besar, itu cuma saya. Yang sedang mendoakan kebahagiaan kamu dan orang-orang yang kamu sayangi.

Terima kasih karena sudah datang di saat saya sedang teramat sendirian.

IMG. http://www.redrabbitriversmith.com/art/Sad%20Fairy.jpg

hanny

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP