Ada nggak yang sempat melongokkan kepala keluar jendela kemarin malam, dan menengadah memandangi langit yang temaram hitam keabu-abuan? Kalau ada, mungkin tadi malam mata kita tertuju pada satu keindahan yang sama.

Kemarin malam, ada lingkaran halo di sekeliling bulan. Bayangkan membuat gambar lingkaran dengan sebuah jangka. Titik jarumnya adalah bulan yang bersinar pucat dan lingkaran pensilnya adalah cahaya halo yang berpendar. Apakah mata kita tertuju pada keajaiban yang sama tadi malam?

Langit malam selalu membuat saya merasakan romantisme dan melankoli yang tidak bisa dijelaskan. Saya betah berdiri di luar dan menengadahkan kepala memandangi bidang hitam yang begitu ekspresif dan tak berbatas. Dengan celana pendek dan kaus tanpa lengan, serta sandal kamar sapi berwarna putih hitam, saya bisa menghabiskan waktu semalaman sambil menggeletar kedinginan.

Cuma memandangi.

Dan saya ingat suatu waktu ketika kami terperangkap di lantai ke-20 sekian sebuah gedung bertingkat. Ketika club sudah semakin pekak dan penuh dengan asap, kumpulan kecil kami menyelinap keluar menuju atap. Meninggalkan hingar-bingar musik trance yang menghentak, dan berdiri di bawah keleluasaan. Memandangi bintang-bintang yang bersinar terang. I got high just by starring at the night sky 🙂

Sebagai anggota “clean clubbers society” (if any), who doesn’t drink, doesn’t smoke, doesn’t do drugs and doesn’t believe in free-sex, memandangi langit malam adalah satu hal yang bisa membuat saya kecanduan. Dan saya bisa dibiarkan larut dalam “musik trance” saya sendiri tanpa terusik. Mata yang biasa terpejam karena kantuk yang bersifat biologis dikalahkan oleh kenikmatan yang berbasis psikologis. Ini adalah setitik eskapisme mungil dalam dunia saya yang terlalu kecil. Satu hal sederhana yang masih bisa tertangkap mata tanpa perlu keluar biaya.

Dan kemarin malam, terlintas dalam benak saya: Langit ini terlalu luas untuk dipandangi sendirian …

hanny

2 Responses

  1. Kak hany!! Kita punya kebiasaan yang sama memandangi langit malam.. 🙂 tapi kalau aku lebih suka memandangi bintang- bintang di pagi buta sekitar jam tiga pagi… indah banget… kadang ada rasi rasi yang keren…menguntai rasi bikinan sendiri…

    apalagi kalau melihat bintang dan langit malam di pedesaan kak.. aku dulu pernah ke sebuah desa di daerah cikembang… yang nama nya langit… udah kaya ladang bintang persis seperti yang ada di foto- foto… kangen.. :’)

    salam hangat kak…
    salam pecinta langit malam… 😀

If you made it this, far, please say 'hi'. It really means a lot to me! :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WANT TO SHARE WITH SOMEONE WHO NEED THIS?

READ MORE:

Legs and Apples
Do it because it’s fun. Because it brings you joy; because it’s meaningful to you. Do it because it gives you simple tiny pleasures. Do it because it makes you smile.
The view from De Klok
I took another digital detox this weekend—I limited myself to a 5-minute screen time on Saturday and Sunday to quickly check my business account. I closed my social media account for the rest of the days.
Hanny illustrator
Hi. I'm HANNY
I am an Indonesian writer/artist/illustrator and stationery web shop owner (Cafe Analog) based in Amsterdam, the Netherlands. I love facilitating writing/creative workshops and retreats, especially when they are tied to self-exploration and self-expression. In Indonesian, 'beradadisini' means being here. So, here I am, documenting life—one word at a time.

hanny

TAKE WHAT YOU NEED
VISIT THE SHOP